بسم الله الر حمن الر حيم
....
I want to worth something.
....
Berada di kalangan masyarakat yang berisi orang-orang hebat membuatku gila.
Orang-orang memiliki semua yang tidak aku miliki.
Pemikiran yang cerdas, aktif berorganisasi, penampilan memukau, kepribadian yang baik, harta yang berlimpah.
Aku merasa aku tidak memiliki satu pun aspek yang kusebutkan di atas.
Aku selalu mempertanyakan diriku, "Apa yang aku punya? Nilaiku sebagai seorang manusia itu apa sih?"
Orang-orang memiliki semua yang tidak aku miliki.
Pemikiran yang cerdas, aktif berorganisasi, penampilan memukau, kepribadian yang baik, harta yang berlimpah.
Aku merasa aku tidak memiliki satu pun aspek yang kusebutkan di atas.
Aku selalu mempertanyakan diriku, "Apa yang aku punya? Nilaiku sebagai seorang manusia itu apa sih?"
Tapi kau tahu, Allaah subhanahu wa ta'ala melarangku iri dengan apa yang Allaah subhanahu wa ta'ala anugerahkan kepada manusia lain secara berlebih.
Allaah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam surat An-Nisa' ayat 32,
وَلَا تَتَمَنَّوْا۟ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبُوا۟ۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبْنَۚ وَسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِۦٓۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا
Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
....
Beberapa hari yang lalu, aku membaca Kisah Shahih Para Nabi yang ditulis oleh Al-Hafizh Ibnu Katsir. Aku sampai di kisah nabi Hud 'alayhissalam. Saat kaumnya menganggap nabi Hud ditimpa penyakit gila karena telah menyampaikan wahyu-wahyu Allaah, nabi Hud menjawab kaumnya seperti yang tercantum dalam firman Allaah di surat Hud ayat 56,
إِنِّى تَوَكَّلْتُ عَلَى ٱللَّهِ رَبِّى وَرَبِّكُمۚ مَّا مِن دَآبَّةٍ إِلَّا هُوَ ءَاخِذٌۢ بِنَاصِيَتِهَآۚ إِنَّ رَبِّى عَلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak satu pun makhluk bergerak yang bernyawa melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya (menguasainya). Sungguh, Tuhanku di jalan yang lurus (adil).
Al-Hafizh Ibnu Katsir menjelaskan dalam Kisah Shahih Para Nabi Edisi I halaman 182, "Maksudnya, aku bertawakal dan bersandar penuh kepada-Nya, Dzat yang tiada akan pernah menyia-nyiakan orang yang bersandar kepada-Nya. Aku tidak peduli terhadap makhluk selain Dia, aku tidak mau menyandarkan diri kepada selain-Nya. Tidak pula aku menyembah maupun meminta melainkan hanyalah kepadanya semata."
Allaah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam surat Al-Hajj ayat 38,
إِنَّ ٱللَّهَ يُدَٰفِعُ عَنِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٍ كَفُورٍ
Sesungguhnya Allah membela orang yang beriman. Sungguh, Allah tidak menyukai setiap orang yang berkhianat dan kufur nikmat.
Dan Allaah subhanahu wa ta'ala juga berjanji kepada hamba-Nya yang bertauhid dan meninggalkan syirik dalam surat an-Nur ayat 55,
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًاۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔاۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
Disitu aku sadar, bahwa keimanan yang Allaah subhanahu wa ta'ala berikan kepadaku memberikanku sebuah nilai yang dapat membuatku bernilai di hadapan Allaah subhanahu wa ta'ala. Sebuah nilai yang menjadikan aku seorang manusia yang tidak akan disia-siakan oleh Allaah. Sebuah nilai yang menjadikan aku seorang manusia yang dibela Allaah.
Ayat-ayat di atas membuatku merasa bahwa sekarang aku memiliki sebuah nilai, entitas di mata Allaah subhanahu wa ta'ala. Keimanan yang Allaah subhanahu wa ta'ala anugerahkan kepadaku ini merupakan sesuatu yang mahal, sampai-sampai Allaah subhanahu wa ta'ala menjanjikan kekuasaan di muka bumi kepada hamba-Nya yang bertauhid dan meninggalkan syirik.
Aku bahagia. Terima kasih ya Allaah telah memberikanku sesuatu yang menjadikan aku bernilai sebagai seorang manusia. Tolong aku menjaga keimanan yang telah engkau anugerahkan kepadaku, ya Allaah.
😍
BalasHapusJazaakillaahu khayran, bersyukur ana menemukan blog anti ini. Berhasil membuat air mata menetes atas izin Allaah.
BalasHapusWah. Wa Iyyaki. Senang mendengarnya. Semoga bermanfaat buat ukhti.
Hapus